RAKYAT BERKORBAN; ELIT POLITIK BERPESTA

Oleh: Muhammad Iqbal Haidar*
Hari besar Qurban tak lama lagi akan hadir di hadapan kita. Kaum muslim yang mempunyai kekuatan kapital besar, akan menyedekahkan hartanya dalam bentuk qurban hewan ternak, kepada kaum kapital lemah. Meskipun, banyak dari mereka yang tidak mau bershodaqoh, karena lebih mencintai hartanya. Momem seperti ini sangat kita tunggu-tunggu, terutama bagi kalangan orang-orang miskin. Karena pada perayaan itu, kaum miskin bisa mendapatkan pembagian daging secara cuma-cuma. Walaupun, terkadang harus  meregang nyawa, hanya karena memperebutkan seonggok daging yang apabila di kalkulasi, sangat tidak sepadan dibandingkan dengan harga nyawa mereka. Apabila kita melihat kenyataan seperti ini, seakan-akan yang menjadi korban, bukan hewan-hewan ternak, melainkan rakyat miskin yang selama ini tertindas di bawah kolong kekuasaan para pemimpin.

Elit politik, seakan tidak tahu menahu tentang hal yang telah menimpa rakyatnya. Telinga mereka tuli mendengar jeritan rakyat. Mata mereka buta melihat penderitaan orang miskin. Mulut mereka bungkam menjawab aspirasi rakyat. Disaat kaum dluafa bersaing mengais-ngais daging kurban gratis, para pemimpin duduk-duduk santai, bersama istri-istri dan anak-anak mereka, menikmati daging yang mereka beli dari uang rakyat.  Akankah selamanya rakyat yang berkorban, sementara pemegang kekuasaan hidup bermewah-mewahan. Sangat tragis sekali, melihat negara yang berpenduduk muslim terbesar didunia, rakyatnya harus berebut daging kurban yang datangnya hanya setahun sekali. Tidak sepantasnya, hal ini terjadi di nagara kita, karena masih banyak kekayaan negri yang bisa kita gunakan untuk mensejahterakan rakyat miskin. Akan tetapi, kekayaan itu telah dikuasai oleh negara lain dan sebagian di korupsi pejabat negara.

Sebenarnya, tragedi qurban semacam ini tidak perlu terjadi. apabila kaum muslim yang mempunyai harta lebih, mau menyisihkan sebagian harta mereka untuk shodaqoh kepada kaum miskin, pasti tidak akan ada kesemrawutan pembagian daging qurban gratis. “Jangan taruh harta dihati kita, tapi cukup letakkan harta di tangan, agar untuk melepaskannya mudah” kata dosen pasca sarjana Ilmu Politik UI dan FISIP UMJ, Dr. Mohammad Nasih. “Janji Allah sangat jelas dan tegas, akan membalas apa yang kita keluarkan dengan tujuan yang jelas itu dengan balasan yang sangat besar. Kalau tidak benar, Dia layak kita tinggalkan beramai-ramai, biar tidak ada yang menyembahNya lagi, pasti benar, pasti” tegas Doktor muda itu. Kita bisa mengambil contoh, dari kisah Nabi Ibrahim, yang rela mengorbankan Ismail untuk disembelih, karena perintah Allah. Walaupun Ismail merupakan anak yang sangat dikasihi, tapi atas nama perintah Tuhan, Nabi Ibrahim rela untuk menyembelih anak tercintanya. Seharusnya, dengan melihat kisah Nabi Ibrahim, kita mulai untuk membuka hati. Apabila kita mau mendermakan harta kita di jalan yang benar, pasti akan mendapatkan balasan berlipat. Jika kaum kapital kuat sadar akan pentingnya shodaqoh, pasti tidak akan ada lagi rakyat yang meregang nyawa karena berebut daging qurban.

Korupsi dan Ketidak Pecusan Pemimpin, Pangkal Permasalahan
Korupsi yang sudah menjalari sendi-sendi negara, menyebabkaan semakin kritisnya keadaan negri ini. Bisa dikatakaan bahwa, korupsi di negara kita tercinta ini, sudah menjadi legal, membudaya dan bebas dilakukan siapa saja tanpa takut mendapatkan hukuman. Karena Kenyataannya, banyak sekali koruptor yang lari ke luar negri dan hidup bermewah-mewahan tanpa di ketahui aparat hukum. Apabila mendapatkan hukuman, mereka bisa dengan sesuka hati membayaar penegak hukum untuk meringankan hukumannya. Hal seperti inilah yang menyebabkan semakin bobroknya pemerintahan Indonesia. Dan tidak bisa dinafikan bahwa, sebentar lagi Indonesia akan karam, apabila korupsi terus dibiarkan merajalela di negri ini. Rakyat miskin di sana-sini, kelaparan merebak, kebodohan menjalari sendi pendidikan dan masih banyak lagi masalah yang akan menimpa apabila kita masih membudayakan korupsi. Yang menjadi sorotan utama saaat ini  adalah nasib masyarakat miskin yang kurang terurus secara  maksimal. Sehingga, menyebabkaan masyarakat kekurangan bahan pangan, sampai-sampai memperebutkan pembagian daging yang tidak seberapa harganya.

Janji-janji pemerintah pada saat kampanye, hanya alat politik untuk memperoleh kekuasaan. Semua omong kosong yang telah mereka lontarkan, ternyata telah mampu menyihir masyarakat untuk memilih mereka. Pada kenyataanya, untuk memberantas masalah kemiskinan saja tidak mampu, apalagi membabat habis korupsi. Hal itu bagaikan mimpi disiang bolong. Kegagalan pemerintah memberantas korupsi, sehingga menginfeksi sendi-sendi lain dalam tubuh negara ini, semakin memperlihatkan bahwa, pemimpin yang telah kita tunjuk, tidak mampu mengentaskan negara ini dari jurang kebobrokan. Mereka tidak pantas memimpin negara ini lebih lanjut, karena hanya membuang-buang waktu dan biaya. Pemerintah terlalu sibuk dengan kepentingan pribadi mereka. Menghabiskan uang rakyat secara membabi buta, sampa-sampai banyak sekali rakyat bergelimpangan. Disaat para elit politik hidup dengan harta korupsi mereka yang berlimpah, masyarakat miskin hanya bisa tertunduk lesu melihat pemimpin mereka yang hidup bermewah-mewahan. Para pemimpin seakan kehilangan rasa kemanusiaan mereka, karena disaat rakyat membutuhkan kinerja mereka untuk memimpin, ternyata malah jabatannya diselewengkan untuk mengayakan diri.

Kalau hanya berjanji, tidak usah menjadi pejabat untuk dapat melakukannya. Anak TKpun bisa berjanji. Kalau dulu mereka pernah mengumbar janji, sekarang mana janji-janji yang pernah mereka berikan, kalau hanya menjadi pemanis bibir saja. Buat apa mencalonkan diri jadi pemimpin, kalau bisanya Cuma berjanji. Sungguh hal yang sangat memalukan dan tak senonoh.

Solusi Permasalahan
Cara yang paling efektif untuk mengtasi masalah-masalah di atas, tidak cukup dengan mengadakan reshufel saja. Tapi, juga perlu pergantian presiden dan wakil presiden dan membumi hanguskan pejabat korup. Akan tetapi upaya ini butuh effort besar dan tidak bisa dilakukan secara instan. Apabila pemerintahan sekarang terus di pertahankan, tidak tertutup kemungkinan pondasi negara ini akan runtuh dan negara ini porakporanda.

Dilain hal, mindset harus dirubah. Biasanya orang-orang yang melakukan tindak korupsi, tidak merasa malu dan masih berani mengulangi tindakan mereka lagi. Berbicara tentang masalah ini, negara kita perlu mencontoh negara Cina dan Jepang. Karena, dikedua negara ini, apabila ada seseorang yang melakukan tindak korupsi, sanksi masyarakaat  sangat berat. Sehingga, orang yang melakukan korupsi merasa malu dan terkadang sampai bunuh diri ketika ketahuan korupsi.

Apabila hanya mengandalkan gerakan dari atas, hampir mustahil perbaikan dapat tercapai. Selain itu, kita juga harus mengadakan gerakan dari bawah. Masyarakat dan juga mahasiswa harus ikut bergerak dan berperan aktif mengatasi hal ini. Kalau hanya bergerak-gerak saja tidak akan berguna. Kita lihat pengalaman runtuhnya rezim orde baru, masyarakat dan mahasiswa mempelopori gerakan dari bawah untuk merobohkan kepemimpinan terlama sepanjang sejarah di Indonesia.

Jika semua lini telah bersinergi untuk melakukan perbaikan, tidaklah sulit untuk merealisasikannya. Dengan dukungan keyakinan dan effort besar, menyongsong indonesia yang bebas dari krupsi dan kepemimpinan yang tegas bukanlah hanya sekedar mimpi. Melainkan hal yang pasti akan terwujud.

*) Mahasiswa S1 Fakltas Syariah IAIN Walisongo Semarang; Aktivis HMI Komisariat Syariah Cabang Semarang. Tayang di Koran Harian Pelita.
Tag : Politik
0 Komentar untuk "RAKYAT BERKORBAN; ELIT POLITIK BERPESTA"

Back To Top