Tren Jilboobs dan ‘Press Body’

Ummi Mukhoyyaroh
Seorang muslimah identik dengan pakaian yang sopan dan santun. Pakaian tertutup dengan penutup kepala yang sering diistilahkan dengan jilbab atau hijab. Akhir-akhir ini jilbab menjadi trend fashion yang diminati banyak kaum hawa. Banyak wanita terutama remaja yang sebelumnya tidak bejilbab mengubah penampilan menjadi berjilbab.

Dengan mengenakan jilbab, wanita tetap bisa tampil modis dan elegan. Desain busana muslimah yang modis dan modern semakin menarik minat kaum hawa untuk mengenakannya. Selain itu, banyak remaja yang mengubah penampilan untuk menjadi wanita muslimah yang beridentitas, yakni berjilbab/berhijab dengan tetap memertahankan kemodisan dan keindahan dalam berbusana.

Seiring berkembangnya trend, dewasa ini jilbab disalahgunakan oleh sebagian penggunanya. Orang-orang yang belum memahami betul makna berjilbab malah mengubah gaya berjilbab menjadi tidak senonoh. Gaya berjilbab dengan cara berpakaian press body, tengah maramaikan publik. Istilah jilboobs sering disebut-sebut dan menjadi buah bibir dibanyak kalangan, istilah ini tersusun dari kata jil (jilbab) dan boobs (payudara). Istilah jilboobs diberikan kepada perempuan berjilbab dengan pakaian yang press body sehingga menegaskan bentuk tubuh mereka.

Sebenarnya, jilboobs bukanlah istilah baru. Beberapa tahun yang lalu jilboobs sudah muncul. Namun, saat ini jilboobs hadir lagi dengan tampilan yang bisa dikatakan parah dan tidak senonoh. Anggota jilboobs semakin bertambah, bahkan ada sebuah fanpage yang beranggotakan gadis-gadis cantik berjilbab dengan pakaian seksi. Gaya berpakaian seksi dengan mengenenakan jilbab seolah menghina wanita muslimah. Sebab, tidak sepatutnya jilbab dipasangkan dengan pakaian yang menonjolkan lekuk tubuh seorang perempuan.

Akun jejaring sosial facebook dan twitter banyak yang mengunnggah foto-foto jilboobers yang mengundang komentar-komentar pedas para readers. Readers saling menulis komentar dan saling beradu tulisan yang berisikan cemoohan dan hinaan untuk para jilboobers. Tulisan-tulisan tersebut hanya menumbuhkan emosi readers yang lain. Tidak ada gunanya menuliskan cemoohan-cemoohan seperti itu. Lebih baik melakukan pendekatan kepada para jilboobers untuk mengubah penampilan mereka secara utuh.

Jilbab atau hijab bukan hanya sebagai identitas dari sorang muslimah. Akan tetapi, jilbab juga perintah dari Allah swt yang harus dijalankan sebagaimana yang telah tertuliskan di dalam Q.S. Al-mu’minun:31. Masih banyak pula ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang perintah untuk berjilbab atau menutup aurat. Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kewajiban harus dijalankan begitu pula dengan berjilbab yang wajib dijalankan oleh para muslimah tanpa memandang usia.

Fenomena jilboobs terlahir dari orang-orang yang berusaha menjatuhkan dan memengaruhi hijabers untuk melepas hijab mereka serta menjatuhkan nama Islam. Namun, seorang muslimah sejati tidak akan pernah goyah dengan iman mereka hanya karena melihat fenomena yang dinilai sebagai sebuah penghinaan untuk para hijabers. Sehingga, mereka berubah pikiran untuk berpenampilan yang bisa mengundang nafsu pria ketika melihatnya. Jadi, biarkan saja jilboobers itu tetap ada dan melakukan pendekatan serta pemahaman yang benar mengenai cara berjilbab secara komprehensif merupakan langkah yang terbaik.

Fenomena jilboobs hanyalah sebuah tren yang kapan saja bisa berubah dalam jangka waktu dekat maupun jauh. Maka, tidak ada yang bisa menyalahkan ataupun menilai jilboobs itu perbuatan hina. Ini hanya sebuah tren busana saja. Anggap saja ini adalah langkah awal perempuan untuk mengubah dirinya menjadi wanita muslimah yang baik. Yakni, yang bisa menutup aurat mereka dengan busana yang sopan dan santun.


Jilboobers adalah orang-orang yang tidak mau ketinggalan tren. Mereka adalah followers tren fashion yang ingin selalu up date, tidak ingin dikatakan culun hanya karena ketinggalan tren fashion. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jilboobers adalah orang-orang awam yang belum mengetahui benar mengenai cara berjilbab yang sesungguhnya. Sehingga tidak sepatutnya mereka mendapat hinaan dan cemoohan yang menyakitkan. Belum tentu juga para pencemooh memiliki perilaku yang jauh lebih baik dari para jilboobers.

Kendati telah jelas di dalam al-Qur’an bahwa menutup aurat tanpa menonjolkan lekuk tubuh itu diwajibkan. Akan tetapi, tidak sedikit pula muslimah yang belum bisa memenuhi kewajiban tersebut meskipun hanya sekedar menutup kepala dan berpakain yang tidak ketat. Banyak juga yang beranggapan bahwa lebih baik tidak berjilbab akan tetapi tetap meenjaga etika dan moral, daripada berjilbab tapi rusak etika dan moralnya. Paradigma ini menghentikan niat orang-orang yang ingin berjilbab.

Berhijab merupakan panggilan hati terlepas dari kewajiban dari Tuhan. Tidak mudah bagi seorang muslimah memutuskan untuk berjilbab. Sebab, mereka harus menjaga pula akhlak dan moral mereka. Semua tergantung pada hati niat yang sungguh-sungguh. Jadi, proses untuk mendapatkan panggilan dari hati tidaklah hal yang mudah dan singkat.

Sudah baik para remaja mau menutup kepala mereka dengan berjilbab meskipun masih dengan pakaian yang ketat, karena itu adalah sebuah tren. Seperti yang telah dituliskan bahwa tren bisa luntur dan berubah kapanpun. Jadi, tidak dapat dielakkan lagi bahwa tren ini akan segera berubah selama ada pendekatan dan dukungan dari pihak-pihak terkait untuk mengubah paradigma jilboobers serta memberikan pemahaman tentang berjilbab secara utuh dan komprehensif.



*) Oleh: Ummi Mukhoyyaroh

Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah Iain Walisongo Semarang dan SekJen Center and Democracy of Religius. Tayang di Koran Wawasan, 2014
0 Komentar untuk "Tren Jilboobs dan ‘Press Body’"

Back To Top