Seorang
muslimah identik dengan pakaian yang sopan dan santun.
Pakaian tertutup dengan penutup kepala yang sering diistilahkan dengan jilbab
atau hijab. Akhir-akhir ini jilbab menjadi trend fashion yang diminati banyak
kaum hawa. Banyak wanita terutama remaja yang sebelumnya tidak bejilbab mengubah
penampilan menjadi berjilbab.
Dengan
mengenakan jilbab, wanita tetap bisa tampil modis dan elegan. Desain busana
muslimah yang modis dan modern semakin menarik minat kaum hawa untuk
mengenakannya. Selain itu, banyak remaja yang mengubah penampilan untuk menjadi
wanita muslimah yang beridentitas, yakni berjilbab/berhijab dengan tetap
memertahankan kemodisan dan keindahan dalam berbusana.
Seiring
berkembangnya trend, dewasa ini jilbab disalahgunakan oleh sebagian
penggunanya. Orang-orang yang belum memahami betul makna berjilbab malah
mengubah gaya berjilbab menjadi tidak senonoh. Gaya berjilbab dengan cara
berpakaian press body, tengah
maramaikan publik. Istilah jilboobs sering disebut-sebut dan menjadi buah bibir
dibanyak kalangan, istilah ini tersusun dari kata jil (jilbab) dan boobs
(payudara). Istilah jilboobs diberikan kepada perempuan berjilbab dengan
pakaian yang press body sehingga
menegaskan bentuk tubuh mereka.
Sebenarnya,
jilboobs bukanlah istilah baru. Beberapa tahun yang lalu jilboobs sudah muncul.
Namun, saat ini jilboobs hadir lagi dengan tampilan yang bisa dikatakan parah
dan tidak senonoh. Anggota jilboobs semakin bertambah, bahkan ada sebuah fanpage yang beranggotakan gadis-gadis
cantik berjilbab dengan pakaian seksi. Gaya berpakaian seksi dengan
mengenenakan jilbab seolah menghina wanita muslimah. Sebab, tidak sepatutnya
jilbab dipasangkan dengan pakaian yang menonjolkan lekuk tubuh seorang
perempuan.
Akun
jejaring sosial facebook dan twitter banyak yang mengunnggah foto-foto
jilboobers yang mengundang komentar-komentar pedas para readers. Readers saling
menulis komentar dan saling beradu tulisan yang berisikan cemoohan dan hinaan
untuk para jilboobers. Tulisan-tulisan tersebut hanya menumbuhkan emosi readers
yang lain. Tidak ada gunanya menuliskan cemoohan-cemoohan seperti itu. Lebih
baik melakukan pendekatan kepada para jilboobers untuk mengubah penampilan
mereka secara utuh.
Jilbab
atau hijab bukan hanya sebagai identitas dari sorang muslimah. Akan tetapi,
jilbab juga perintah dari Allah swt yang harus dijalankan sebagaimana yang
telah tertuliskan di dalam Q.S. Al-mu’minun:31. Masih banyak pula ayat-ayat
al-Qur’an yang menerangkan tentang perintah untuk berjilbab atau menutup aurat.
Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kewajiban harus dijalankan
begitu pula dengan berjilbab yang wajib dijalankan oleh para muslimah tanpa
memandang usia.
Fenomena
jilboobs terlahir dari orang-orang yang berusaha menjatuhkan dan memengaruhi
hijabers untuk melepas hijab mereka serta menjatuhkan nama Islam. Namun,
seorang muslimah sejati tidak akan pernah goyah dengan iman mereka hanya karena
melihat fenomena yang dinilai sebagai sebuah penghinaan untuk para hijabers.
Sehingga, mereka berubah pikiran untuk berpenampilan yang bisa mengundang nafsu
pria ketika melihatnya. Jadi, biarkan saja jilboobers itu tetap ada dan
melakukan pendekatan serta pemahaman yang benar mengenai cara berjilbab secara
komprehensif merupakan langkah yang terbaik.
Fenomena
jilboobs hanyalah sebuah tren yang kapan saja bisa berubah dalam jangka waktu
dekat maupun jauh. Maka, tidak ada yang bisa menyalahkan ataupun menilai
jilboobs itu perbuatan hina. Ini hanya sebuah tren busana saja. Anggap saja ini
adalah langkah awal perempuan untuk mengubah dirinya menjadi wanita muslimah
yang baik. Yakni, yang bisa menutup aurat mereka dengan busana yang sopan dan
santun.
Jilboobers
adalah orang-orang yang tidak mau ketinggalan tren. Mereka adalah followers tren fashion yang ingin selalu
up date, tidak ingin dikatakan culun
hanya karena ketinggalan tren fashion. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
jilboobers adalah orang-orang awam yang belum mengetahui benar mengenai cara
berjilbab yang sesungguhnya. Sehingga tidak sepatutnya mereka mendapat hinaan
dan cemoohan yang menyakitkan. Belum tentu juga para pencemooh memiliki
perilaku yang jauh lebih baik dari para jilboobers.
Kendati
telah jelas di dalam al-Qur’an bahwa menutup aurat tanpa menonjolkan lekuk
tubuh itu diwajibkan. Akan tetapi, tidak sedikit pula muslimah yang belum bisa
memenuhi kewajiban tersebut meskipun hanya sekedar menutup kepala dan berpakain
yang tidak ketat. Banyak juga yang beranggapan bahwa lebih baik tidak berjilbab
akan tetapi tetap meenjaga etika dan moral, daripada berjilbab tapi rusak etika
dan moralnya. Paradigma ini menghentikan niat orang-orang yang ingin berjilbab.
Berhijab
merupakan panggilan hati terlepas dari kewajiban dari Tuhan. Tidak mudah bagi
seorang muslimah memutuskan untuk berjilbab. Sebab, mereka harus menjaga pula
akhlak dan moral mereka. Semua tergantung pada hati niat yang sungguh-sungguh.
Jadi, proses untuk mendapatkan panggilan dari hati tidaklah hal yang mudah dan
singkat.
Sudah baik para remaja mau menutup kepala mereka
dengan berjilbab meskipun masih dengan pakaian yang ketat, karena itu adalah
sebuah tren. Seperti yang telah dituliskan bahwa tren bisa luntur dan berubah
kapanpun. Jadi, tidak dapat dielakkan lagi bahwa tren ini akan segera berubah
selama ada pendekatan dan dukungan dari pihak-pihak terkait untuk mengubah
paradigma jilboobers serta memberikan pemahaman tentang berjilbab secara utuh
dan komprehensif.
*) Oleh: Ummi
Mukhoyyaroh
Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah
Iain Walisongo Semarang dan SekJen Center and Democracy of Religius. Tayang di Koran Wawasan, 2014
Tag :
Moralitas & Budaya
0 Komentar untuk "Tren Jilboobs dan ‘Press Body’"