Karakter; Penentu Kemajuan Bangsa

Karakter; Penentu Kemajuan Bangsa
Oleh: Muhammad Ali Fuadi*
Memprihatinkan. Itulah kata yang paling tepat untuk mengungkapkan dan menggambarkan karakter anak-anak bangsa saat ini, terutama kalangan pemuda. Diakui maupun tidak, karakter mereka kini sungguh ironis sehingga perlu segera dilakukan perbaikan secara menyeluruh. Bukan hanya yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bahkan di Perguruan Tinggi (PT), tetapi juga anak yang baru duduk di Sekolah Dasar (SD). Bukan juga hanya anak laki-laki, tetapi anak perempuan pun juga ikut ‘bersaing’ di dalamnya. Karakter mereka sudah tidak mencerminkan sebagai generasi mendatang yang memiliki peradaban. Apabila dibandingkan dengan generasi sebelumnya, maka karakter yang mereka miliki sekarang sudah jauh bahkan tidak lagi mencerminkan generasi sebelumnya; generasi yang berkarakter baik.

Tawuran, minum-minuman keras, seks bebas, serta narkoba sudah menjadi budaya yang bahkan tidak ditinggalkan oleh terutama kalangan pemuda. Sepanjang hari, berita mengenai hal-hal tersebut semakin santer dibicarakan oleh publik, melalui media cetak, elektronik, dan lainnya. Sebenarnya, permasalahan ini tengah menjadi perbincangan klasik di semua kalangan, terutama pendidikan karena yang paling utama bertugas menyelesaikan handicap itu. Bukan berarti selama ini mereka tidak melakukan perbaikan, akan tetapi belum mengena pada anak didik. Di sinilah peran lembaga pendidikan, yang harus menanggung tugas itu, padahal masih banyak tugas yang lain.

Memang benar, karakter sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, yang dengan itu sebenarnya Indonesia mampu menjadi bangsa terdepan. Tanpa karakter yang benar, siapapun tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yang didapatkan hanya bersifat semu, bahkan sebenarnya tidak mendapatkan kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan yang dimaksud di sini adalah kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat; hidup damai, sejahtera, aman, berperadaban, dan lain sebagainya.

Oleh karena pentingnya karakter, Billy Graham pernah berujar, “Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa. Ketika kehilangan kesehatan, anda kehilangan sesuatu. Ketika kehilangan karakter, anda kehilangan segala-galanya”. Maksud beliau menyampaikan kata-kata mutiara tersebut adalah untuk mendidik sekaligus memberitahukan kepada semua klalayak bahwa karakter sangat penting yang harus dimiliki dan dipegang seluruh masyarakat. Tanpa karakter itu, segala-galanya akan sulit untuk kita dapatkan dan harapan-harapan yang ada di dalam diri kita akan sirna. Maka tidak heran apabila sampai saat ini bangsa Indonesia belum bisa menjadi negara maju, karena karakter inferior yang dimiliki penduduknya.

Meneladani Negara Berkarakter
Tidak sedikit orang mengatakan bahwa keberhasilan suatu negara bisa dilihat dari umur dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki. Nah, inilah yang perlu direkonstruksi oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah harus mampu memberikan perspektif kepada seluruh rakyat Indonesia, agar mereka selalu bekerja keras untuk melakukan perubahan. Pemerintah harus mampu mengubah karakter inferior yang dimiliki oleh penduduknya, agar bangsa ini mengalami perubahan yang signifikan serta berdikari di kancah internasional.

Perlu diketahui, pada dasarnya umur dan sumber daya alam yang dimiliki suatu negara tidak akan menjamin bahwa negara tersebut akan menjadi bangsa yang besar dan maju. Banyak contoh negara-negara yang sudah memiliki umur tidak muda lagi, namun tetap saja menjadi bangsa yang miskin. Begitu pula sebaliknya, negara yang masih berumur muda, mereka mampu menjadi bangsa yang sejahtera dan termasuk dalam golongan negara maju. Sebut saja Mesir dan Hindia. Kedua negara tersebut sudah berumur hampir 2000 tahun, namun sampai saat ini mereka belum bisa menjadi negara maju. Kemudian Negara Kanada, Australia, Singapura, dan New Zealand, mereka masih berumur muda kira-kira kurang dari 150 tahun, namun sekarang sudah mampu menjadi negara maju dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Sedangkan berbicara terkait sumber daya alam yang dimiliki suatu negara pun juga demikian. Negara yang memiliki sumber daya alam melimpah juga tidak menjamin suatu bangsa akan sejahtera. Begitu pula sebaliknya, negara yang bahkan minim sumber daya pun mampu menjadi bangsa yang maju. Sebut saja Swiss, negara tersebut tidak memiliki kekayaan alam, namun mereka mampu menjadi negara maju. Negara tersebut dikenal sebagai penghasil coklat terbesar di dunia dengan kualitas bagus, padahal tidak memiliki perkebunan coklat. Kemudian Jepang, negara tersebut bahkan 80 % dari seluruh wilayahnya adalah pegunungan, namun mereka tidak kekurangan dalam hal pangan. Begitu juga produk-produk yang dihasilkan pun sangat banyak, padahal tidak memiliki bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk tersebut.

Perlu Kecerdasan Pemerintah
Jika menengok hal-hal yang dipaparkan di atas, sebenarnya Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi bangsa yang maju. Indonesia merupakan negara yang sempurna, memiliki sumber daya alam melimpah, sudah berumur setengah abad lebih. Pertanyaannya, mengapa Indonesia belum bisa menjadi bangsa yang maju? Karakter, itulah kata kuncinya. Penduduk yang berdomisili di negara maju memiliki sikap atau perilaku yang sangat baik. Mereka berjuang keras tanpa malas untuk mencapai suatu hal yang diinginkan, bahkan rela berkorban untuk mendapatkannya. Oleh karena itulah, karakter bangsa ini harus direnovasi sehingga mampu bersaing di tengah negara-negara maju. Alangkah bahagianya apabila bisa demikian.

Apabila kebanyakan orang mengatakan bahwa “watuk biso ditambani, yen watak ora biso ditambani”, yang artinya sakit batuk bisa diobati, namun watak tidak dapat diobati. Hal itu merupakan salah besar. Dr. Mohammad Nasih, Dosen sekaligus Ilmuan Politik Universitas Indonesia mengatakan bahwa watak itu dapat dibenahi, namun membutuhkan waktu yang cukup lama karena sulit. Oleh karena itu, bangsa ini harus sabar membenahi karakter para pemuda.

Masih oleh Dr. Mohammad Nasih, yang paling signifikan dalam upaya membenahi karakter anak-anak bangsa, salah satunya dengan cara memulainya sejak dini. Sebab, usia dini merupakan usia emas pada diri manusia. Apabila sejak dini sudah dididik dan disuguhi karakter yang baik, tidak menutup kemungkinan akan muncul hal-hal baik selanjutnya yang ada pada diri anak tersebut, kecuali kemudian mereka terjerumus dalam kehidupan yang salah, terutama pengaruh teman atau masyarakat ke depannya.

Pemuda merupakan ujung tonggak kemajuan suatu bangsa. Maka dari itu, keberadaannya harus dikedepankan, jangan justru dinihilkan. Karakter mereka harus dibangun dengan pondasi yang kuat, agar terlepas dari belenggu inferior yang selama ini menjangkiti generasi muda. Generasi muda perlu mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan di Indonesia. Sebab, secara kuantitas jumlah mereka sangat banyak, mencapai hingga seperempat jumlah penduduk Indonesia. Wallahu a’lam bi al-shawab.

*) Peneliti Muda di Monash Institute; Peneliti di LPM IDEA Fakultas ushuluddin IAIN Walisongo Semarang
0 Komentar untuk "Karakter; Penentu Kemajuan Bangsa"

Back To Top