Perkuat Pilar Utama MEA 2015

ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015) atau sering disebut dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini masih saja menjadi isu hangat di seluruh antero Asia Tenggara. AEC 2015 yang akan dihadapi oleh seluruh warga Indonesia di Desember 2015 merupakan hasil dari Cebu Declaration on Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015 yang ditandatangani pada KTT-ASEAN ke 12.

Perkuat Pilar Utama MEA 2015
Oleh: Vera Abdillah*

Dengan adanya MEA 2015 ini, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembuatan komunitas ekonomi ASEAN pada 2015 dan mentransformasikan kawasan ASEAN menjadi suatu kawasan yang aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja tampil, serta aliran modal yang lebih terampil.

Kebijakan yang telah disepakati bersama tersebut merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan perekonomian negara kedepannya. Berdasarkan data Bank Dunia 2011 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi di negara-negara ASEAN yang berada pada urutan ketiga di Asia setelah China dan India. Selain itu, realisasi investasi Indonesia pada tahun 2012 mencapai Rp 313,2 triliun yang merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Kekuatan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 terletak pada pertumbuhan makro-ekonomi yang meningkat terlihat dari data yang dihimpun dalam Bank Dunia tahun 2011 mengenai Debt to GDP Ratio (Rasio hutang terhadap PDB) Indonesia cukup rendah dibanding negara lainnya yaitu 24%. Total PDB Indonesia sebesar US$ 846 milyar pada tahun 2011 yang merupakan terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia. Indonesia juga merupakan satu-satunya anggota G20.

Kesempatan Indonesia untuk menjadi pemenang dalam persaingan yang akan diberlakukan mulai 2015 mendatang memang sangat tinggi, tetapi dibalik kekuatan yang dimiliki Indonesia masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan utama Indonesia terletak pada sinkronisasi program dan kebijakan antar pemerintah daerah dan pusat, serta mind-set masyarakat khususnya para pelaku usaha yang belum seluruhnya melihat peluang pengembangan perekonomian di MEA 2015 mendatang.
Menilik keadaan yang terjadi sekarang ini Indonesia sebenarnya belum siap untuk menghadapi MEA 2015 walaupun mempunyai peluang dan kekuatan tinggi. Laporan kementerian koordinator Perkonomian mengungkapkan bahwa neraca perdagangan Indonesia sejak tahun 2005 setiap tahunnya mengalami defisit yang meningkat di negara-negara ASEAN.

Indonesia dengan kekayaan alam yang besar ternyata ekspornya hanya didominasi oleh barang-barang berupa bahan baku alam (raw material), seperti batu bara, minyak nabati, gas, dan minyak bumi. Indonesia masih kalah bersaing dengan negara-negara industri utama ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pengolahan bahan baku alam yang merupakan hasil Indonesia masih selalu digunakan oleh negara lain, Indonesia belum mampu menguasai kekayaan alamnya sendiri.

Dari segi jasa yang dimiliki Indonesia masih relatif rendah kualitas tenaga kerjanya dibandingkan dengan tenaga kerja di negara ASEAN lainnya. Pelayanan kesehatan Indonesia sudah cukup baik tetapi masih terbatas di kota besar saja dan harganya juga relatif mahal. Terlihat jelas banyak masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri karena kualitas pelayanan di Indonesia kurang.
Infrastruktur Indonesia juga masih sangat buruk. MEA yang mulai diberlakukan 2015 mendatang merupakan sebuah zona pasar tunggal yang maksudnya bahwa barang dan jasa, termasuk manusia sepenuhnya bebas bergerak mulai 2015. Adanya infrastruktur yang memadahi akan mempermudah arus perdagangan barang dan jasa antarnegara ASEAN.

Dengan adanya MEA yang terdiri dari lima pilar liberalisasi sebagai kerangka kerja yang terdiri atas liberalisasi arus barang, arus jasa, arus investasi, arus modal, dan pasar tenaga kerja yang terampil turut memberikan peringatan bagi Indonesia guna memperkuat infrastruktur.

Ketakutan yang muncul bagi masyarakat Indonesia adalah ketika dimulainya MEA 2015 dimana seluruh lapisan masyarakat di negara-negara ASEAN akan bebas memilih dan menentukan tempat untuk bekerja. SDM Indonesia yang masih lebih rendah kualitasnya dengan negara lainnya akan kalah bersaing di pasaran nanti. Tenaga kerja Indonesia yang tidak memiliki kemampuan untuk bersaing merebut pekerjaan akan semakin terpuruk dan terpinggirkan. Indonesia akan kembali seperti terjajah oleh bangsa lain.

Dengan demikian Indonesia perlu mempersiapkan strategi untuk bersaing dengan negara-negara ASEAN lainya. Salah satunya yaitu dengan mengoptimalkan SDA yang ada di Indonesia. Sumber daya alam yang berupa bahan baku tadi misalnya, Indonesia bisa menggunakannya secara menyeluruh untuk memproduksi pangan, sandang, dan papan. Selain itu, perlu diciptakan pula kebersamaan membangun perekonomian bangsa dengan cara mencintai produk dalam negeri untuk menghadapi MEA 2015.

“Salah satu self defence untuk menghadapi MEA adalah penciptaan awareness masyarakat terhadap kecintaan dan penggunaan produk dalam negeri,” kata Rano Karno dalam acara Riung Mungpulung (kumpul-kumpul) Kadin Banten bersama di kantor Kadin Banten, Kota Serang (18/10/2014). Dengan adanya kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri, masyarakat dapat berperan aktif dalam mempersiapkan diri menghadapi komunitas masyarakat ASEAN tersebut.

Dari sanalah dibutuhkan upaya ekstra seluruh elemen masyarakat untuk saling sinergis mendukung program peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Misalkan dengan cara mengoptimalkan hasil sumber daya alam yang ada di Indonesia. Khususnya pulau jawa yang masih mendominasi ketersediaan material dan peralatan konstruksi. Sehingga apabila seluruh SDA di Indonesia diolah dengan baik dan menghasilkan produk-produk yang berkualitas, pasti akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Wa Allahu a’lamu bi al-shawab.

*) Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris UIN Walisongo Semarang dan penerima Beastudi Muda Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Semarang
Tag : Ekonomi
0 Komentar untuk "Perkuat Pilar Utama MEA 2015"

Back To Top